Newest Post
Archive for November 2017
Suatu hari
pada hari Senin, seperti biasa aku melakukan kegiatan sehari-hari di sekolah
yaitu upacara bendera. Mungkin bagi kalian ini sangat biasa, tapi menurutku ini
sangat membosankan. Karena aku harus berdiri di kerumunan banyak orang.
Setelah selesai upacara kami semua siswa pergi
ke kelas masing-masing. Tanpa di sadari aku termenganga saat guru tiba-tiba
memanggil seorang murid baru. Aku penasaran apakah itu pria atau wanita, dan
dugaanku benar dia adalah seorang wanita. Dia sangat cantik berambut pirang,
mungkin dia keturunan luar negri. Tanpa kusadar guru itu menunjuk bangku kosong
yang ada di sebelahku, aku gugup namun aku dengan reflek berpura-pura memegang
buku seperti sedang memikirka sesuatu, dan sedikit melirik dia. Dia terlihat
tersenyum, lalu pelajaran pun berlnjut.
Bel istirahat berbunyi, segeralah aku ke
kantin namun aku terkejut melihat perempuan yang ada di sebelah bangkuku
mengeluarkan sebuah novel buatanku dan tanpa sadarpun aku menanyakannya tentang
novel tersebut tanpa memberitahukan siapa pembuatnya. Dia hanya membalas dengan
senyumyang membuat hatiku berdegup kencang lalu dia menjawab pertanyaanku
dengan antusias. Jawabannya sungguh sangat mengecewakanku karena kritikannya
yang begitu pedas bagai tombak yang menghujam jantungku. Dengan reflek akupun
menyanggah pendapatnya itu dengan menunjukkan hal-hal yang kukira menarik
mengenai novelKu. Namun dia langsung mengeluarkan expresi cemberutnya.
Sepertinya dia tidak suka dengan apa yang kukatakan. Melihat expresinya seperti
itu akupun langsung merogoh sakuKu, kemudian aku berpura-pura ada yang
memanggilku ke kantin. Akupun langsung berjalan ke kantin, tanpa ku sadar dia
mengikutiku menuju kantin sampai akhirnya dia menabrak ku tanpa sengaja barulah
disitu aku sadar dia mengikutiku. Akupun dengan kesal menanyakan kenapa dia
mengikutiku. Saat dia mengatakan alasanya mengikutiku akupun menerimanya, wajar
saja dia anak baru jadi belum tahu tempat-tempat di sekolah ini. Tanpa lagi
memperdulikanya yang sedang kebingungan aku berjalan mengambil makanan dan
menyantapnya di salah satu bangku dikantin. Tak selang beberapa menit tiba-tiba
wanita yang mengikutiku tadi duduk tpat didepanku. Yang ku lakukan hanya
menghela nafas tanpa bertanya kepadanya. Setelah makananku habis aku pun sgera
beranjak dari kursiku untuk menuju ke kelas. Saat ku mulai berjalan sedikit ku
mlirknya yang trlihat gugup menyantap makanannya.
Tak terasa
jam plajaran terakhir telah usai. Segera ku kemasi barang-barangku. Dan saat
itu juga murid baru yang duduk di seblahku datang mendekat. Dia bermaksud meminjam buku kepadaku. Akhirnya
pinjamkan buku yang dia maksud, ya aku bisa memaklumi itu karena dia anak baru
jadi mungkin belum memiliki buku pelajaran. Setlah memberikanya buku yang ia
ingin pinjam akupun langsung berlalu pulang dan segera melanjutkan novelku.
Hari
berikutnya aku pun berangkat seperti biasa, hanya saja hari ini sedikit
berbeda. Aku berangkat lebih awal dari biasanya hanya karena aku ingin lebih
mengenal dia, si murid baru yang duduk di sebelahku. Mungkin saat aku sdah
mengenalnya dan tahu sifatnya itu dia bisa ku tulis sebagai salah satu karakter
di novelku. Namun saat ku telah sampai
di kelas dia ternyata sudah duduk di bangkunya yang ada di sebelah bangkuku.
Walaupun aku duduk bersebelahan dengannya namun aku belum mengetahui namanya.
Namun bukanya langsung menanyakan namanya langsung malah aku menuju meja guru
hanya untuk memastikan sipa namanya di buku absensi. Saat ku check ternyata
namanya Lhessya karina. Setelah mengetahui namanya berjalanlah aku menuju
sambil menunduk. Saat ku angkat kepalaku aku terkejut dan sedikit tersipu.
Penampilannya hari ini berbeda dari yang kemarin, sekarang ia menggunakan
kacamata yang membuatnya terlihat anggun. Saking tercengannya aku pun tidak
sadar kalau dia memanggil namaku. Saat ku tersadar dari lamunanku dia sudah
menyodorkan buku yang ia pinjam kemarin bermaksud mengembalikanya. Kuterima
buku tersebut dan duduk di bangkuku. Kelas masih sangat sepi, hanya ada kita
berdua di kelas. Canggung, jelas itu yang kurasakan sekarang. Tapi jika aku
ingin tahu lbih banyak tentangnya aku harus lbih dekat dengannya. Akhirnya ku
beranikan diriku untuk basa-basi. Pertanyaan pertamaku adalah jenis buku yang sering
ia baca. Dia menjawabnya dengan antusias bahkan sampai menunjukan koleksi novel
kesukaanya.School, Drama dan romance, itulah genre buku yang Ia
sukai. Wajar saja dia mengritik Novelku habis-habisan karena saat ku ingat lagi
novelku hanya berkisar di genre Romance dan school dan sangat sedikit
menampilkan adegan drama yang sangat klimaks sampai membawa emosi pembacanya.
Akhirnya aku berkonsultasi tentang bagaimana novel yang baik menurutnya daan
dari situ aku mengembangkan semua ide cerita dengan usulan darinya.
Hari-hariku
berlalu dengan sangat indah. Bukan hanya sekedar putih abu-abu yang sepi. Kali
ini lebih berwarna karena kehadirany. Akupun sudah bertukar nomor dan email
denganya. Tanpa ku sadar rasa bingung mulai menyelimutiku berdampingan dengan jantung
yang berdegub kencang. Terdiam ku sejenak mencoba memahami perasaan ini. apakah
ini yang sering disebutkan oleh orang-orang di sekolahku? Aku masih terdiam
bingung dengan aa yang kurasakan sekarang sampai-sampai aku tidak mendengar
guru yang sejak tadi memanggil namaku. Namun panggilanya yang ke-sekian kalinya
bisa membuatku terkejut dan segera sadar dari lamunanku. Saat ku tanggapi
panggilanya dan seperti yang aku duga dia menyuruhku menjawab pertanyaan yang
akupun tak tahu pertanyaanya, apalagi harus menyebutkan jawabanya. Beberapa
saat saat sebelum aku akan menjawab pertanyaan dari guru itu bel tanda pulang
sekolah berbunyi. Aku bisa bernafas lega sekarang. Saat ku lirikan mataku
kesamping terlihat karin sedang terkekeh meliht tingkahku. Aku yang merasa
sangat malu menundukan kepalaku sambil memasukan buku kedalam tas kemudian
pulang.
*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*^*
Dua minggu berlalu sejak ku
mengenalnya dan perasan ini terus berkembang. Meski begitu aku tidak tahu harus
bagaimana, dengan siapa aku akan membicarakan tentang yang kurasakan saat ini.
Cukup lama aku hanyut dalam lamunan sampai akhirnya suara ayam jantan berkokok
menghancurkan lamunanku. Sial ternyata pagi telah tiba tapi aku belum bisa
memejamkan mata ini. Sialnya lagi saatku ingat bahwa hari ini jam pertama di
isi oleh guru yang sedikit kubenci. Akhirnya muncullah niat membolos jam
pertama hari ini.
Tempat yang sudah psati kutuju saat
membolos adalah atap sekolah. Sialnya pagi ini sangat panas. Tapi walaupun
begitu aku harus tetap mengecheck jam tanganku untuk memastikan apakah jam
pelajaran sudah berganti. Konsentrasiku mulai pecah saat kembali ku berfikir
tentang perasaan ini. akhirnya kuputuskan untuk tidak menyembunyikan lagi
perasaanku. Aku menyukainya, itulah yang sekarang ku tahu. Namun lamunanku
kembali buyar saat kembali ku melihat jam ditanganku. Sial ternyata jam
pelajaran pertama telah usai. Segera aku bangkit dan saat ku akan berlari
menuju kelas berdirilah disana tepat didepanku Orang yang aku suka, Lessya
karina. Segera kukumpulkan semua keberanianku dan saat sudah terkumpul
terucaplah kata yang ingin kuucapkan, “aku
suka kamu”. Namun reaksi yang dia berikan benar-benar diluar dugaanku dia
malah menangus dan berlari meninggalkanku. Aku hanya terdiam melihat
punggungnya yang semakin menjauh sambil masih mencerna apa yang aku katakan
tadi. Cukup lama ku terdiam waktu yang cukup untukku kembali ke kelas. Namun
aku agak enggan ke kelas tapi jika tak ke kelas aku tidak bisa menemui dia.
Akhirnya kuputuskan ke kelas untuk mengikuti pelajaran sekaligus menemui Karin.
Saat perjalananku menuju kelas, ku intip sebentar kedalam ruang UKS untuk
mengetahui apakah Dia ada disini namun saat kulihat kedalam tidak ada
siapa-siapa. Pikirku mungkin dia sudah kembali ke kelas. Namun saat ku lihat
kedalam kelasku melalui jendela siswi bernama Lheyssa Karina tidak ada
dibangkunya. Apakah ini salahku karena mengatakan hal seperti itu dengan
tiba-tiba? Tanpa pikir panjang lagi ku mencari Karin. Dari kantin, halaman
sampai kembali keatap sekolah semua sudah kudatangi namun tak kulihat sosoknya
dimanapun. Dan akhirnya kuputuskan membolos sekolah satu hari ini. tujuanya sudah
pasti mencari dia.
Sore telah tiba namun belum ku
temukan sosoknya. Bahkan saat ku datangi taman dimana dia bisa menghabiskan
waktunya di sore hari tidak terlihat sosoknya. Saat sedang bingung mencarinya
tiba-tiba mataku menangkap punggung seorang wanita di sebrang. Punggung yang
sangat ku kenali. Ya, aku yakin dia karin. Segera ku berlari menuju ke
Zebracross yang ada di persimpangan didepan. Sialnya saat aku sampai di
Zebracross lampu yang menyala di trafficlight adalah hijau. Itu artinya tidak
ada kesempatan untukku menyebrang karena kendaraan yang berlalu lalang. Dan
saat lampu merah di trafficlight kembali menyala sosoknya sudah menghilang dari
pandanganku. Akhirnya kuputuskan kembali kerumah biar nanti kucoba menghubunginya
saat tiba dirumah.
Sudah beberapa kali aku mencoba
menghubungi Karin namun sama sekali tak ada jawaban darinya. Bahkan pesan yang
ku kirim tak mendapat balasan darinya. Apakah dia benar-benar marah denganku?
Mungkin ini kesalahan terbesarku saat ini. tiba-tiba bilang suka kepada perempuan
yang baru ku kenal selama kurang lebih dua minggu. Tapi aku ingin jujur, aku
tidak ingin lagi menyembunyikan perasaanku. Tapi takdir berkata bahwa aku tidak
bisa bersamanya. Padahal pertama aku merasa bahwa ini takdir bisa bertemu
dengannya yang membuat hariku lebih berwarna dan bisa bersama denganya. Namun
perasaanku hanyalah sebatas perasaan dan takdir sepertinya salah mengirimkan
dia kepadaku karena pada akhirnya dia seakan menjauh dari duniaku. Namun entah
kenapa aku masih berharap menunggu balasan pesan darinya.
Aku menunggu balasan pesan dari Karin
sampai aku ketiduran. Dan saat ini pagi telah menjelang. Segera ku bersiap-siap
dan segera menuju kesekolah. Ini lebih awal dari biasanya. walau sejak dekat
dengan Karin aku sering berangkat awal namun kali ini lebih awal lagi. Ku
kendarai sepeda motorku melewati jalan kota yang masih lengang, menembus
dinginya udara pagi. Sesampainya disekolah tak kusangka gerbang sekolah masih
tertutup. Ku turunkan standar sepeda motorku dan menunggu si penjaga sekolah
datang. Selang beberapa saat seorang pria paruhbaya datang dengan banyak kunci
di genggamanya. Aku menyapanya dan dia balik menyapaku dengan keramahanya. Saat
pintu gerbang terbuka segera kuarahkan sepeda motorku ke tempat parkir siswa
dan segera menuju kelas. Pagi ini akulah orang pertama yang datang. Seperti
biasa koridor dan kelas masih sangat sepi. Bedanya hanya jika biasanya aku
masuk kelas disambut oleh seseorang yang duduk disebelahku namun sekarang saat
ku masuk kekelas tidak ada seorangpun yang menyambutku. Sebentar lagi dia
datang, aku yakin itu. Akhirnya aku menunggu di bangkuku namun sampai banyak
siswa datang dan jam pelajaran akan dimulai sosoknya sama sekali belum
terlihat. Dia bukan tipe yang suka telat semenjak pindah dia belum pernah sama
sekali terlambat masuk ke kelas. Dari situ akhirnya kusimpulkan bahwa dia tidak
berangkat. Mungkin dia sakit.
Keesokan harinya aku berangkat
seperti biasa, lebih awal dari teman-teman di kelas selain Karin. Karena dia
selalu datang lebih dulu dariku. Apakah dia masih sakit hari ini? atau sudah
bisa kembali beraktifitas? Itulah pertanyaan yang selalu muncul dikepalaku
sekarang. Aku berharap dia bisa berangkat sekarang dan aku bisa segera meminta
maaf darinya. Namun situasi yang sama seperti kemarin kembali terjadi. Sampai
jam pelajaran dimulai dia belum datang. Keesokan harinya pun sama. Akhirnya
kuputuskan untuk mengunjungi rumahnya di akhir pekan nanti tapi aku tidak tahu
alamat rumahnya. Aku nekat ke ruang guru hanya untuk mengambil raport Karin
untu mengetahui alamatnya.
Akhir pekan telah tiba seperti yang
kurencanakan sebelumnya aku berniat mengunjungi rumah Karin. Akhir pekan yang
biasanya ku buat untuk hari malas-malasan kali ini ku ubah menjadi hari penuh
semangat. Bahkan ibuku heran pagi-pagi di akhirn pekan begini aku sudah rapih
dan bersiap untuk pergi. Tapi tak kupedulikan hal tersebut. Yang penting sekarang
aku harus bertemu Karin. Sebelum itu aku mengirim pesan kepadanya
memberitahukan bahwa aku akan mengunjunginya. Baru saja aku akan mengeluarkan
sepeda motorku Ponselku berbunyi tanda pesan masuk, dan pesan itu dari Karin.
Isi pesan ini cukup mengejutkanku, dia melarangku mengunjungi rumahnya dan
menyuruhku untuk ke taman biasa jika aku ingin menemuinya dan akupun diharuskan
bergegas karena katanya dia sedang terburu-buru. Segera ku nyalakan sepeda
motorku dan segera melaju sekencang mungkin melewati jalan kota. Sudah agak
siang jadi jalanan sudah agak ramai untungnya tidak macet. Lagi, kutarik gasku
kembali saat sebelumnya aku berhenti karena trafficlight. Kupacu sepeda motor
sekencang-kencangnya agar aku tidak terlambat menemui Karin. Namun saat aku sampai
di tempat perjanjian dia tidak ada dimanapun. Segera kuraih Ponselku yang ada
didalam tas kecil dan segera menelpon Karin. Namun aku terkejut saat jawaban
dari balik telfon bukanlah suara Karin dan yang lebih membuat terkejut adalah
perkataanya yang mengatakan Karin sedang bersiap untuk keluar negeri. Aku yang
terkejut langsung memutuskan sambungan telfon dan putar arah semaunya tanpa
melihat arah sekitar. Dan pada saat itulah ada mobil dengan kecepatan tinggi
menabrakku dari arah belakang yang membuatku terpelanting hingga tepi jalan.
Dengan kesadaranku yang hanya setengah ku coba bangkit tanpa memperdulikan lagi
rasa sakit ditubuhku, mengacuhkan semua darah yang mengalir dilenganku. Melihat
sepeda motorku yang samar-samar terlihat sudah ringsek aku berjalan dengan
sempoyongan. Yang kupikirkan kali ini hanyalah bagaimana caranya aku bisa
sampai dirumah Karin sebelum karin berangkat menuju bandara. Namun semua itu
sudah tidak mungkin lagi. Denga tubuhku yang seperti ini aku tidak mungkin bisa
mencapai rumahnya karena pada akhirnya kesadaranku semua telah hilang.
Saat ku buka mata ini
terlihat sebuah atap dengan lampu gantung yang indah. Sepertinya ini dirumah
sakit. Dengan kesadaranku yang mulai pulih ku lihat kesekeliling ruangan dan
ternyata, tepat di sebelah ranjang yang aku tiduri Karin terlihat sedang duduk
dengan wajah yang kelihatan sangat cemas. Tapi bukanya dia akan keluar negeri?
Melihatku yang sudah membuka mata dia tampak sangat lega dan gembira. Ternyata
dia membatalkan jadwal penerbanganya hanya setelah mendapat kabar kalau aku
dirumah sakit. Awalnya dia ingin menelfonku untuk meminta maaf karena sudah
meninggalkanku di taman namun pada saat itu ponselku di pegang oleh orang yang
menabraku dan memberitahukan bahwa aku ada di rumah sakit. Dia rela melakukan
itu semua demi diriku? Dan pada akhirnya rencananya pindah keluar negeri
dibatalkan dan dia akan menetap disini dekat denganku. Ternyata takdir tidak
salah mengirimkanya padaku, hanya saja waktu ingin sedikit bermain-main atau
mungkin waktu sudah berkata kepada takdir kalau saat itu belum waktunya aku dan
dia bersatu tapi saat inilah waktu menghendaki takdir itu terjadi.
The End
Tag :// Karangan Saya,
Tag :// Trick